Announcement:

Free Blogger Cafe's Template will be Available Soon for Download

Mengenal Seni Budaya

Info yang admin muat kali ini yakni tentang Mengenal Seni Budaya yang dimana telah kita ketahui bahwa 33 Provinsi Indonesia Beserta Ibukotanya masing-masing memiliki seni budaya. Mari kita coba uraikan mengenai seni budaya tersebut berikut melalui Berita Terkini
Seni Budaya - Antara Riil dan Laten

Seni budaya terdiri dari sosial sclupture atau patung sosial, apa yang menjadi trah dari perilaku masyarakatnya, bisa dirasakan riil, dan bisa dirasakan laten.

Seni budaya dirasakan riil, sebagaimana Anda menghayati pesan verbal dari masyarakat, berupa wejangan, arahan, untuk memuaskan apa yang menjadi landasan bersama (custom), dan jalan hidup bersama yang telah dipilih oleh para leluhur (folksway).

Lantas berbentuk artefak, atau benda seni budaya yang bisa diinderai oleh kelima indera manusia, bisa dilihat, bisa disentuh, dan melahirkan suatu dorongan keluhuran yang dirasakan oleh manusia sendiri ketika terlibat di dalamnya.

Seni budaya pun bisa dirasakan laten, sebagai bentuk yang membuat orang mawas diri akan keberadaan sesuatu yang belum bisa dibuktikan, namun sudah menjadi suatu kepercayaan (myth), sehingga kepercayaan itu bisa diturunkan kepada generasi penerus walau pembuktiannya belum pernah ditemukan (legenda).

Orang terlibat begitu saja lantas percaya begitu saja, tidak ada jalan keluar sebagaimana tidak ada jalan masuk kepada jenis seni budaya yang bentuknya laten, karena bisa jadi kemunculannya diakibatkan oleh perasaan yang berlebihan, rasa takut yang serta berlebihan dari sebagian besar masyarakat (histeria sosial/habitus). Sehingga memunculkan kultur laten yang pada akhirnya menjadi riil.

Misalnya mitos ubermach Nietczche yang coba dibuktikan oleh Adolph Hitler, dan orang yang dimaksud, malah menciptakan mitos lainnya tentang bahaya Yahudi dan bahaya Komunisme. Dalam hal ini, Hitler menciptakan sebuah seni budaya tentang bahayanya sebuah Komunisme.

Seni Budaya dalam Berbagai Sudut Pandang Ahli

Seni atau seni budaya dalam sudut pandang seorang akademisi puritan semisal Widagdho dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar adalah: “perwujudan kekaguman dan sekaligus penghargaan manusia terhadap keindahan dan nilai-nilai yang ditemuinya dalam kehidupannya. Seni dapat pula dikatakan sebagai bukti keunggulan manusia di antara mahluk-mahluk lain ciptaan Tuhan”. (1991:7).

Namun seni budaya pun bisa berarti sebagai kesadaran, performa minimum dari otak manusia yang menyadari adanya perbedaan estetika, dari suatu konstruk eksternal yang menerpa dirinya. Konstruk eksternal ini bisa berupa sesuatu yang diraba, seperti patung, gedung, rumah, halaman, pagar atau bisa sesuatu yang dilihat, film, pemandangan, lukisan, barisan pepohonan.

Seni budaya juga bisa didengarkan seperti musik, nada. Dan pula bisa menstimuli otak, seperti bahan bacaan, tontonan teater, debat, dsb. Adapun budaya muncul, ketika seni itu sedemikian penting dan lantas tercatat hingga menjadi hype di tengah masyarakat. Dan masyarakat merasakan pentingnya seni itu diabadikan untuk seterusnya, sehingga membudaya, menjadi kebudayaan.

Sekadar mengutip para ahli berikut ini pandangan mengenai kebudayaan:

E. B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan dalam hal ini seni budaya merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

Sebagai seorang antropolog aliran Evolusi yang memiliki sifat etnosentrisme Eropa, pengertian kebudayaan dalam hal ini seni budaya menurut Taylor patut dicurigai. Pengertian kebudayaan itu telah berkembang dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

Dengan kata lain Taylor ingin mengatakan kebudayaan itu memiliki tingkatan-tingkatan dalam perubahannya. Artinya ia memilah-milah antara kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah. Seni budaya dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Ia beranggapan orang-orang primitif memiliki kebudayaan yang rendah bila dibandingkan dengan orang-orang yang telah menggunakan teknologi (kebudayaan tinggi).

M. Jacobs dan B. J Stern menjelaskan bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda (kebudayaan) yang semuanya merupakan warisan sosial. Dapat diartikan bahwa menurutnya, seni budaya terlahir dari hal-hal yang sifatnya datang dari luar.

Koentjoroningrat seorang akademisi budaya dari Indonesia menguraikan wujud kebudayaan menjadi tiga macam, yakni:

Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Definisi lain yang bisa ditangkap melalui pendekatan lain misalnya dalam Cultural Studies, menurut Raymond Williams :

Pertama, seni budaya dapat digunakan untuk mengacu pada “suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetis.” Artinya kalau kita ingin melihat perkembangan budaya tertentu, kita dapat melihatnya dengan merujuk pada faktor-faktor intelektualnya, spiritual, estetis para pemikir, seniman, dan penyair-penyair besarnya.

Kedua, menurut Williams, seni budaya bisa berarti “pandangan hidup tertentu dan masyarakat, periode, atau kelompok tertentu.” Sehingga dalam penelitian yang berbasiscultural studies kita dapat melihat perekembangan sastra, film, hiburan, olah raga dan upacara ritus religiusnya.

Ketiga, Williams menyatakan bahwa seni budaya pun bisa merujuk pada “karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik.” Teks-teks dan praktik-praktik yang dimaksudkan oleh Williams itu diandaikan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan, menandakan (to signify), memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan makna tertentu.

Adapun dalam pandangan antropologi sosial, Dieter Mack yang mengutip pernyataan Clifford Geertz tentang batasan seni budaya menyatakan, budaya menunjukkan beralihnya pola makna sejarah yang terwujud pada simbol. Peralihan pola makna sejarah ini menurut Geertz merupakan hasil suatu sistem warisan gagasan, diungkapkan secara simbolik, dipergunakan manusia untuk berhubungan, melestarikan, membangun pengetahuan dan sikap di dalam kehidupan.

Seni Budaya Sebagai Pusat Peradaban

Tidak bisa disangkal bahwa seni budaya merupakan tolok ukur unggulnya suatu peradaban. Tentang bagaimana suatu bangsa menjadi mulia, dan bisa dengan gagah dan angkuh berjalan lebih tegak dari bangsa lainnya. Budaya semakin beragam bila menilik pembahasan para ahli yang mencoba melihat dari sudut pandang yang lebih netral, namun budaya tengah bergumul, tengah bergelut untuk mencari eksistensi.

Jika seni budaya itu menjadi bagian dari alat tukar, terlebih di masa post modern, sebuah masa yang menjadikan seni budaya sebagai alasan seseorang untuk keluar dari relnya. Budaya hadir tidak lagi memperkaya khazanah, budaya hadir bukan sekedar keragaman yang bisa dinikmati oleh umat manusia.

Karena terdapat semacam intimidasi kultural, tentang bagaimana seni budaya harus dibentuk tidak dalam wacanan natural seperti yang dahulu manusia membentuknya sebagai bagian dari sakramen, bagian dari sisi rohaninya yang menguat karena merasakan diri mereka tengah berada dalam kegalauan dan ketidakpastian.

Sehingga muncul kebudayaan literal, verbal yang berkaitan dengan sisi pemujaan kepada kekuatan yang Maha Gaib (deity/Ketuhanan). Sebagai hasilnya, di Indonesia tampak sebagai candi-candi megah, di Eropa muncul sebagai kuil-kuil dewa, dan basilica, di Timur Tengah muncul sebagai bangunan masjid yang megah, di Afrika muncul sebagai piramida, dan bangunan raksasa yang dijadikan kuil pemujaan. Namun seni budaya yang semacam itu masanya sudah lewat.

Manusia modern, melihat dan memandang seni budaya sebagai sesuatu untuk dihabiskan fungsi estetisnya. Mereka melihat seni budaya itu sebagai produk. Bisa dibeli, dan memiliki bandrol. Dan karena seni budaya merupakan pusat kebudayaan, tentu bisa Anda bayangkan sendiri bertapa pusat kebudayaan mutakhir manusia itu ternyata sesuatu yang dihargai oleh uang.

Seni budaya bisa dibayar, bisa dibeli, bisa diperlakukan semaunya oleh pembeli. Pembeli adalah raja, seniman dan budayawan adalah produsen, dan kebudayaan semacam ini bergantung pada fluktuasi dan disparitas ekonomi. Jual beli seni budaya ini akan menghilangkan estetika murni, sebagaimana yang telah diperingatkan oleh para ahli kultural studies.

referensi Anne ahira
Share it Please

11januari

I'm Ahsan,. I'm a freelance writer on topics related to Website Optimization (SEO), blogger customizations and making money online. I'm blogging since 2010.If you need help, feel free to contact anytime! Google and Twitter

0 comments:

Posting Komentar

Copyright @ 2014 Berita Terkini. Designed by BLOGGER CHILI